SURAT CINTA BUAT AINAN NURAN
Oleh: Victor Mambor.
Kamu sendiri Ainan. Karena kamu sudah menyebarkan HOAX.
PS.
Anyway, I love you full!
Saya akan datang ke New York akhir Oktober. Jemput saya di JFK ya!
Jayapura, 28.9.2017
Oleh: Victor Mambor.
Hai Ainan, semoga kamu baik-baik saja seperti terakhir kali kita bertemu di New York.
Oh ya, saya kagum sekali melihat gaya kamu menanggapi pidato empat
negara Pasifik di sidang Majelis Umum PBB kemarin. Tak ada bedanya
dengan Nara Masitha, rekan kamu itu. Kamu sangat berapi-api membantah
semua tuduhan. Seakan tak ada hari lain untuk membantah, saat itu harus
tuntas.
HOAX, kata itu kamu gunakan di awal tanggapan yang kamu
baca itu. Memang di Indonesia saat ini, HOAX sedang menjadi trend.
Pemerintah hingga masyarakat awam seperti menjadi kerdil kalau tak
menyebut kata HOAX itu. Itu pilihan kata yang bagus untuk tanggapan yang
kamu bacakan itu.
By the way Ainan, sudah lama saya tinggal di
Papua. Kamu tahu itu kan? Tapi kok saya seperti tak pernah mendengar apa
yang kamu sebut "proses pembangunan masif dalam tiga tahun belakangan
ini"?
4.325 kilometer jalan? Dimana saja itu Ainan? Bisakah kamu
menjelaskan pada saya 4.325 kilometer jalan itu terbentang dari mana
hingga kemana dan kapan dibangun? Jika jalan itu ada, tak mungkin harga
BBM bisa mencapai 50 ribu perliter dan harga semen diatas 1 juta per
sak. Bukankah Presiden Joko Widodo mengatakan infrastruktur jalan adalah
sarana mengurangi kemahalan di Papua ?
Ainan, tahun depan
ajaklah Nara menikmati Festival Lembah Baliem di Wamena, agar kalian
bisa merasakan mahalnya BBM di Wamena. Saya bersedia menemani kalian
berdua menempuh perjalanan darat dari Jayapura ke Wamena. Tapi maaf,
perjalanan darat itu hanya mimpi saja. Hahaha….. tak usah khawatir, saya
bisa mentraktir kalian tiket pesawat New York – Wamena pulang pergi.
30 pelabuhan baru dan 7 airport? Bolehlah disebutkan pelabuhan dan airport baru dimana saja itu?
2,8 juta OAP dapat pelayanan kesehatan gratis? Jika 2,8 juta itu adalah
penduduk OAP, termasuk saya, Ainan oh Ainan, mulutmu lincah membaca
teks tapi pengetahuan dan pemahamanmu tentang Papua sangat minim.
Sebagai Orang Asli Papua, saya tidak pernah mendapatkan layanan
kesehatan gratis itu. Kamu seharusnya tahu, kesehatan itu mahal. Dan
negara Indonesia ini tak sanggup memenuhi kemahalan itu. Masih banyak
orang seperti saya Ainan, jangan lebay deh.
Kalaupun kamu tetap
bersikeras mengatakan demikian, lalu mengapa banyak balita yang
meninggal di Nduga, Koroway, Deiyai hingga Merauke? Atau kamu berpikir
balita itu bukan OAP? Jangankan berpikir mendapatkan layanan kesehatan
gratis, layanan berbayar pun tak bisa dipenuhi karena dokter dan tenaga
medis sangat terbatas. Kamu tak akan pernah bisa membayangkan apa yang
dihadapi oleh Orang Asli Papua di pedalaman Papua.
Lalu, 360
ribu siswa dan mahasiswa asli Papua mendapatkan pendidikan gratis? Oh my
God, please Ainan, datang ke Papua saja. Kamu bisa jadi panitia seleksi
beasiswa. Lalu lihat sendiri, seberapa banyak Orang Asli Papua yang
mendapatkan beasiswa dibandingkan Non Papua yang mengambil beasiswa yang
menjadi hak Orang Asli Papua itu?
9,21 persen pertumbuhan ekonomi? Yang ini saya tak bisa berkomentar karena tak tahu bagaimana cara menghitungnya.
Nah, kalau soal tuduhan negara-negara Pasifik itu, saya tak perlu
mempertanyakannya pada kamu. Kamu bukan orang yang tepat untuk ditanyai.
Tapi penangkapan, pembunuhan, penembakan itu kenyataan yang terjadi di
Papua. Awal Agustus lalu kan ada anggota Brimob yang tembak belasan
warga sipil hingga meninggal dan lainnya terluka. Sekalipun mereka ini
menjalani sidang etik, sanksinya kamu tahu apa? Hanya mutasi dan
permintaan maaf. Menyebabkan orang meninggal dengan menyalahi prosedur
kok hanya disanksi minta maaf? Itu hanya salah satu contoh diantara
puluhan atau mungkin ratusan kasus sejak Papua ini menjadi bagian NKRI.
Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi, kamu seharusnya sadar
berdebat itu hanya bisa terjadi jika masing-masing pihak yang berdebat
memiliki pengetahuan dan informasi yang setara. Jika tidak, maka satu
pihak akan menjadi pihak yang tidak rasional! Celakanya lagi, bisa
menjadi penyebar HOAX!
Tahun lalu Nara mengakhiri kata-katanya
dengan pepatah “satu jari menunjuk ke depan dan empat jari menunjuk diri
sendiri”. Dia tak sadar saat mempraktekan pepatah itu, empat jari
menunjuk dirinya sendiri. Tahun ini Ainan kamu mengakhiri tanggapan yang
kamu baca itu dengan pepatah, “siapa menepuk air di dulang, terpercik
muka sendiri”. Siapa yang menepuk air dan muka siapa yang terpercik
Ainan?
PS.
Anyway, I love you full!
Saya akan datang ke New York akhir Oktober. Jemput saya di JFK ya!
Jayapura, 28.9.2017